KLATEN –
Kabupaten Klaten menjadi surga wisata air karena miliki sedikitnya 191 sumber
mata air (umbul) yang tersebar di 17 kecamatan. Dua umbul yang cukup moncer
yakni Objek Mata Air Cokro (OMAC) di Tulung dan Umbul Ponggok di Polanharjo.
Umbul Ponggok
kini telah menjelma menjadi objek wisata air yang murah dengan beragam pesona.
Air jernih dari umbul menjadikan penggunjung bisa menikmati keindahan alam
bawah air layaknya di lautan lepas.
Sekretaris
Desa (Sekdes) Ponggok, Yani Setyadi, menyatakan sebelum dikelola badan usaha
milik desa (BUMDes) pada 2009, Umbul Ponggok dilihat sebelah mata oleh banyak
orang.
Dikelilingi
tembok besar membuat umbul itu tak laku ketika ditawarkan ke masyarakat atau
investor dengan sewa Rp5 juta/tahun.
”Sebelum 2009,
Umbul Ponggok dianggap sebagai kolam renang untuk keperluan mandi dan minum
warga setempat. Saat itu, umbul dikelilingi pagar tinggi. Hingga pada 2012,
melalui inisiatif warga juga akhirnya tembok dibongkar dan umbul kelihatan dari
jalan raya,” kata Yani.
Saat ini,
setiap akhir pekan sekitar 5.000 pengunjung menjejali Umbul Ponggok. Mereka
dikenai tiket masuk Rp5.000/orang.
Mengandalkan
wisata bawah air dan snorkeling, BUMDesa Ponggok menargetkan pendapatan Rp3,8
miliar dari umbul itu. ”Dari Januari 2015 sampai Agustus lalu pendapatan sudah
mencapai Rp2,2 miliar. Itu pendapatan dari harga tiket masuk serta persewaan
alat menyelam,” jelas dia.
Kreativitas
pengelola dalam memasarkan Umbul Ponggok menjadikan objek wisata air itu cepat
naik daun. Pengelola dan masyarakat setempat gencar mempromosikan umbul melalui
Internet dan media sosial hingga akhirnya Ponggok tak hanya dikenal warga
Klaten namun juga warga dari luar daerah.
Pengelola
Umbul Ponggok berencana merenovasi dengan memperluas wilayah objek wisata dan
membangun wahana edukasi serta waterpark. Tahun ini baru terlaksana pembebasan
lahan. Pembangunan wahana edukasi dan waterpark ditarget terealisasi 2016.
Pendapatan
BUMDes yang melimpah dari Umbul Ponggok tak hanya dinikmati segelintir orang
yang mengelola. Warga desa juga ikut menikmati hasil.
”Itu
[pendapatan] dikembalikan ke masyarakat dengan membuat program jaminan
kesehatan warga yang ber-KTP Ponggok. Selain itu, untuk membiayai masyarakat
lansia berupa pemberian lauk/pauk, pemberian beasiswa anak berprestasi, serta
menggulirkan program satu keluarga satu sarjana,” kata Yani.
Lain Umbul
Ponggok, lain pula kisah tentang Umbul Cokro di Kecamatan Tulung. Umbul Cokro
yang kini memiliki nama Objek Mata Air Cokro (OMAC) dikelola Pemkab Klaten.
Selama empat tahun terakhir, umbul ini kian sepi pengunjung.
Dinas
Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Klaten tidak mampu
memenuhi target pendapatan asli daerah (PAD) dari OMAC. OMAC merupakan objek
wisata milik pemerintah yang jadi andalan menarik wisatawan.
”Penurunan
jumlah pengunjung itu dapat dilihat dari tidak tercapainya target PAD,” ujar
Kepala Unit Pelayanan Teknis (UPT) Objek Pariwisata Disbudparpora Klaten, Moch.
Busroni, saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (29/9/2015).
Sejak
2011-2014 target PAD OMAC tidak terpenuhi. Terbaru pada 2014 dari target PAD
senilai Rp555,045 juta hanya terealisasi senilai Rp481,149 juta. Sementara
target PAD tahun ini senilai Rp555.045, sampai September baru terealisasi
senilai Rp418.500 atau 75%.
Tidak
terpenuhinya target PAD itu berdampak pada minimnya kucuran dana APBD untuk
mengelola OMAC. Akibatnya, kondisi OMAC sekarang serba keterbatasan dana.
Bahkan untuk membayar gaji tenaga harian lepas (THL) yang bertugas menjaga
kebersihan hingga kemananan mulai kesulitan.
”Kami memiliki sebanyak 20 orang THL. Setiap bulan mereka mendapatkan gaji senilai Rp350.000/orang. Total anggaran untuk gaji THL tahun ini dari APBD hanya diberi senilai Rp85 juta,” kata dia.
UMBUL PONGGOK
KIAN MONCER, OMAC MAKIN SEPI